Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menjelaskan, sejalan dengan disahkan dan diundangkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 menjadi UU Nomor 15 Tahun 2013 tentang APBN-P 2013, maka pemerintah mengambil langkah menaikkan harga BBM.
Hatta mengatakan, pemerintah menyadari langkah ini akan berdampak pada inflasi serta terganggunya daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. "Ini adalah pilihan yang amat sulit dan merupakan alternatif terakhir," kata Hatta dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Karenanya, kata Hatta, penyesuaian harga BBM haruslah disertai program percepatan dan perluasan perlindungan sosial (P4S) dan program-program khusus lainnya.
"Agar kita dapat melindungi masyarakat kita yang tentu terkena dampak itu. Diharapkan program-program itu akan menjaga daya beli masyarakat yang terkena dampak," . Secara khusus, program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) akan segera dimulai secara bertahap melalui PT Pos Indonesia. Lebih lanjut, Hatta memastikan stok BBM mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hatta mengatakan, pemerintah menyadari langkah ini akan berdampak pada inflasi serta terganggunya daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. "Ini adalah pilihan yang amat sulit dan merupakan alternatif terakhir," kata Hatta dalam konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Karenanya, kata Hatta, penyesuaian harga BBM haruslah disertai program percepatan dan perluasan perlindungan sosial (P4S) dan program-program khusus lainnya.
"Agar kita dapat melindungi masyarakat kita yang tentu terkena dampak itu. Diharapkan program-program itu akan menjaga daya beli masyarakat yang terkena dampak," . Secara khusus, program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) akan segera dimulai secara bertahap melalui PT Pos Indonesia. Lebih lanjut, Hatta memastikan stok BBM mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan beberapa data makro ekonomi
Indonesia dalam sebulan terakhir. Meskipun Indeks Harga Konsumen (IHK)
tercatat mengalami deflasi Mei kemarin, namun pergerakan ekonomi global
yang kurang stabil telah membuat ekonomi Indonesia mengalami guncangan.
Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham. Karenanya, analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan inflasi Juni bisa di atas 1 persen.
"Angka inflasi Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu," kata dia dalam risetnya di Jakarta, Senin (1/7/2013).
"Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu," tambahnya.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut.
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005 lalu," tukas dia.
Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Hal tersebut, ditandai dengan bergerak liarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan terkoreksinya pasar saham. Karenanya, analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan inflasi Juni bisa di atas 1 persen.
"Angka inflasi Juni, diperkirakan bisa melebihi 1 persen secara month-on-month (mom) dari deflasi 0,03 persen pada Mei lalu," kata dia dalam risetnya di Jakarta, Senin (1/7/2013).
"Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati musim inflasi menjelang bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000-Rp10.000 per USD sepanjang Juni lalu," tambahnya.
Menurutnya, pengalaman kenaikan harga BBM subsidi sebesar 33 persen pada Maret 2005, membuat inflasi Maret melesat ke 1,91 persen secara mom dari deflasi 0,17 persen pada Februari atau naik sebesar 2,08 persen mom akibat kenaikan harga BBM tersebut.
"Sementara itu tekanan inflasi Juni 2013 ini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM 23 Maret 2005 lalu," tukas dia.
Namun, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, puncak inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli ini. Kenaikan BBM tersebut akan sangat terasa pada bulan pertama sejak diberlakukan kenaikan pada 22 Juni 2013 lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar